Selasa, 20 Desember 2011

Feature Biografi

Indasah sang pedagang minuman tradisional yang bercita-cita tinggi

Perempuan berusia 45 tahun ini adalah sosok seorang ibu yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik kedua anaknya. Kehidupan yang serba apa adanya atau bisa dibilang cukup, tak membuat perempuan yang berprofesi sebagai pedagang minuman “Es dawet” ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan. Indasah begitu panggilan akrabnya walau hanya tamat SD tak menutupi pikirannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan yang tinggi.

Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut, dengan dibantu oleh sang suami Indasah setiap pagi menjajakan dagangannya “Es dawet” di pasar kota Jepara.

Sedikit demi sedikit uang yang didapatnya dari seharian bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Indasah dapat menyekolahkan kedua anaknya samapai ke perguruan tinggi, anak pertama bernama Rosidah lulus deprogram studi Pendidikan agama islam di STAIN Kudus, anak kedua bernama Nor Hidayat tercatat sebagai mahasiswa deprogram studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, semester V di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Indasah banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun indasah perempuan yang lahir di Jepara itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Indasah untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendiidkan yang tinggi.
Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Indasah sesekali hutang ke sebuah Bank di kantor cabang kecamatan untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang berhasil lulus pada tahun 2006, harapan dan juga cita-cita tinggi oleh Indasah masih menyisakan satu perjuangan besar yakni membiayai perkuliahan anaknya yang terakhir Nor Hidayat yang masih di semester V Universitas Ahmad Dahlan.
Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Es Dawet” mampu mewujudkan cita-cita seorang Ibu, sekaligus pedagang asongan untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya. (NH)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar