Selasa, 20 Desember 2011

Feature Traveling

Mencari Jejak kedahsyatan Merapi

Sempat mengamuk 1 tahun yang lalu dan meminta tempat untuk membuang isi perutnya, kini sang Merapi terlihat berdamai bersama alam.

Hamparan lautan debu vulkanik terhampar begitu luas disepanjang jalan di lereng gunung merapi, bau belerang sesekali tercium, Tak satupun pohon berdiri dengan tegak, semua pohon-pohon terlihat gosong, satupun tanaman tak ada yang tersisa semua terlibas oleh dahsyatnya awan panas yang meluncur dari mulut merapi, bahkan kedahsyatannya dapat menghancurkan rumah-rumah dan memelehkan apapun yang berani menantangnya.



Tanggal 7 November 2011. Saya mulai mencari jejak-jejak amukan Merapi, Untuk pertama kalinya menginjakkan kaki diatas debu-debu kematian, terlihat dengan jelas rumah Mbah Marijan yang tak tersisa sedikitpun dan rata dengan tanah. Sehingga hanya diberi patok bertulis “Rumah Almarhum Mbah Marijan” tokoh juru kunci Merapi yang akhir hidupnya tewas saat “Wudhus Gembel” menyapu dusunnya.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh erupsi merapi 2010 terlihat sangat jelas, sejauh mata memandang hanya terlihat pohon-pohon yang merangas karena terbakar awan panas, bahkan beberapa tiang listrik pun ikut tumbang disisih jalan. Kegarangan merapi kali ini membawa naluri saya untuk mengetahui sejarah merapi yang mempunyai siklus erupsi setiap lima tahun sekali, dalam catatan sejarah erupsi merapi 2011 merupakan erupsi yang paling dahsyat selama sepanjang tahun 30 tahun terakhir, Gunung merapi yang berada diantara propinsi Jawa Tengan dan Yogyakarta sudah ada sejak 1000 tahun yang lalu. Menurut keterangan di


Wikipedia menjelaskan sejak tahun 1548 gunung Merapi sudah meletus 69 kali, letusan-letusan terjadi setiap 2-3 tahun sekali, dan yang paling berar sekitar 10-15 tahun. Dalam catatan sejarah Merapi meletus pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872,1930, letusan besar pada tahun 1006yang menutupi pulau jawa, letusan tahun 1930 menghancurkan 13 Desa dan menewaskan 1400 orang. Novenber 1994 Merapi meminta korban puluhan jiwa manusia. Tanggal 19 Juli 1998. Pada tanggal 15 Mei 2006 gunung Merapi meletus lagi Tahun 1998. Dan catatan terakhir Merapi meletus pada tanggal 26 Oktober 2010 puluhan jiwa meninggal dunia termasuk penjaga setia Merapi Mbah Marijan.

Pesona merapi mulai tertutup oleh kabut tebal yang menyelimuti puncaknya, cuaca yang tidak mendukung semakin memaksa untuk menelusuri daerah-daerah bekas amukan “Wedhus Gembel” begitu masyarakat di lereng merapi menyebut awan panas yang keluar dari mulut Merapi, suasana dingin di lereng Merapi tak menyurutkan niat untuk melihat onggokan bangkai-bangkai mobil yang pernah mewah. Satu diantara bagkai mobil-mobil tersebut adalah milik salah seorang wartawan Vivanews bernama Yuniawan Wahyu Nugroho yang ikut tewas. bersama Mbah Marijan dalam erupsi Merapi tersebut, Seorang jurnalis yang tetap setia dalam pengorbanan dan didikasihnya terhadap pekerjaannya, menurut berita yang disampaikan Vivanews jasat Yuniawan Wahyu Nugroho ditemukan di dusun Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dan itu berjarak dari merapi hanya sekitar 4 Kilometer.




Feature Autobiografi

Sederhana dalam berjalan di atas daun kehidupan

Entah dengan menangis atau-kah tampa menagis ketika saya dilahirkan kedunia oleh seorang perempuan bernama Indasah, perempuan yang saat ini berumur 45 tahun, lahir di malam Senin pon, 20 oktober 1990 di dusun  Menganti kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.

Hari yang saya kira membahagiakan bagi kedua orang tua manapun ketika melihat anaknya lahir dengan keadaan sehat, perasaan itu mungkin yang dirasakan oleh kedua orang tua saya Indasah dan Anwar Mahadi. Maka saat itulah kedua orang tua saya memberi nama yang penuh makna Nor Hidayat, sebuah nama yang mempunyai harapan besar untuk menjadi seseorang yang bermanfaat di masyarakat.  

Lahir dalam keadaan yang sederhana pendidikan tak lantas terabaikan, orang tua yang sadar betul akan pentingnya pendidikan sehingga memaksa saya melanjutkan pendidikan  di program pendidikan keguruan di program pendidikan bahasa dan satra Indonesia di universitas ahmad dahlan, studi yang lingkupnya umum. 
Lingkungan yang bernafaskan religius membawa saya ke dunia pesantren, sejak kecil pendidikan agama telah ditanamakan secara reguler kedalam kehidupan saya setiap hari, usia 6 tahun saya masuk di Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah, kemudian becatatrlanjut di Madrasah Tanawiyah Darul Hikmah dan terakhir di Madrasah Aliyah Darul Hikmah. Pendidikan yang sejak dini ditanamkan oleh kedua orang tua saya membuat saya mempunyai pijakan kuat dalam meneruskan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di universitas ahmad dahlan Yogyakarta. Tahun 2009 saya tercatat sebagai mahasiswa di program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia.

Sebuah perjalanan yang panjang dalam meraih pengalaman hidup, saat ini saya tercatat sebagai anggota HMPS PBSI sebuah organisasi yang bergerak pada kegiatan mahasiswa. Tahun 2009 saya masuk di organisasi KRESKIT, Sebuah organisasi yang bergerak dibidang jurnalistik kampus, sementara itu diluar kegiatan kampus atau organisasi luar kampus, saya juga masuk di organisasi antar kampus menjadi wakil dari delegasi Al Khidmah Kampus Jogjakarta di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Al khidmah kampus adalah oraganisasi yang bergerak di bidang keagamaan yang kegiatanya adalah berkumpul dan berdo’a bersama mahasiswa-mahasiswa antar kampus Jogjakarta (UGM,UPN,UII,UNY,UIN SUKA,UAD,UMY,UTY) mendo’akan orang tua, guru-guru, dan para dosen yang telah mendidik dan membina menjadi insan yang beriman, berintelektual.

Sementara itu disela-sela kegiatan kampus dan oraganisasi kampus, saya juga bekerja disalah satu warung internet dijalan pramuka sebagai operator sistem tak besar gaji yang dapat saya terima dari sebuah pekerjaan sebagai OP di warung internet, namun pengalaman berharga selama 2 tahun selama bekerja membawa saya belajar arti kehidupan yang sebenarnya, dari susahnya mencari atau mendapatkan sebuah uang untuk kehidupan.
Saat ini saya sering menulis berita, artikel, puisi, cerpen di media cetak “Buletin Kreskit” yang diterbitkan setiap minggu pertama awal bulan, sebuah tantangan besar yang saya rasakan belajar menulis dan menemukan wadah yang tepat untuk mencurahkan hobi saya menulis. (NH)

Feature Human Interest

Rahmad K. Satpam yang Tegas, Namun Tak  Beringas

Menjadi satpam mungkin tak perah terlintas sedikitpun dalam diri Rahmad ketika masa kecilnya dulu “Saya dulu tak mempunyai banyak harapan, bahkan berfikir untuk menjadi satpam” ujar pria lajang yang ditemui disela-sela kesibukannya memeriksa kendaraan yang hendak keluar area parkir.
Dibalik tubuh kekar dan pentungan yang selalu akrab terlihat melekat pada dirinya, ternyata satpam yang lahir di Kasihan Bantul ini mempunyai didikasih yang kuat dalam pekerjaannya.  

“Mengabdi untuk Muhamadiyah adalah gairah tersendiri” tegas pria yang lahir 31 yang silam itu. Sebelum bekerja menjadi satpam Rahmad begitu akrab panggilannya sempat mencicipi berbagai pekerjaan. Setelah lulus dari SLTA dia sempat bekerja menjadi teknisi disebuah perusahaan yang bergerak di Perindustrian, namun tak lama Rahmad keluar dan memilih masuk di Perusahan jasa pengiriman, pekerjaan itu pun masih belum cocok dengan dirinya. Akhirnya ajakan temannya membawa Rahmad mengikuti pelatihan satpam di Mako Brimob Polda DIY.
Setelah lulus dari diklat satpam tak lantas pekerjaan datang begitu saja. Rahmad mengirim 20 surat lamaran pekerjaan ke berbagai instansi atau perusahan, dan hanya satu panggilan. Setelah diterima dan berkerja sebagai satpam di UMY selama 3 tahun. Akhirnya Rammad mengundurkan diri karena faktor kenyamanan.
Bulan Desember 2009 Rahmad melamar pekerjaan di UAD, setelah melalui tahap seleksi akhirnya Rahmad diterima menjadi satpam kontrak di UAD. Walaupun begitu Rahmad mengaku nyaman bekerja di UAD “lingkungan yang kondusif dan bias berkumpul dengan orang-orang berintelektual tinggi bisa mempengarui diri saya” tandasnya ketika dimintai alasan  kenapa betah bekerja di UAD.
Pria yang gemar merawat burung merpati latih itu mempunyai perjalanan terjal semenjak masih kecil, kehidupan yang serbah apa adanya membuat Rahmad harus bisa pandai-pandai membiayai sekolahnya, “Sudah lulus SMA saja sudah Almahdulillah” ujarnya. Rahmad dilahirkan dari keluarga biasa mempunyai 6 saudara, bahkan untuk mencukupi biaya sekolahnya Rahmad harus menggembala dua ekor kambing setiap pulang sekolah. Saat itulah Rahmad benar-benar merasa kehidupan yang sangat berat dan sulit, namun berkat keinginannya yang keras untuk bisa selesai SMA akhirnya menghantarkan dirinya seperti sekarang menjadi satpam di perguruan tinggi Muhamadiyah “Setidaknya bisa terpengarus kalo kumpul dengan orang-orang pintar” tandasnya.
Masa sulit yang dialami oleh Rahmad menjadi cermin keterbatasan bukan menjadi penghalang, justru akan menjadi pelecut semangat untuk meraih apa yang diinginkan atau apa yang dicita-citakan. Pemuda yang lahir Juni 1980 juga aktif diorganisasi pemuda Muhamadiyah di kecamatan, ketertarika Rahmad terhadap organisasi juga sudah dilatih ketika masa sekolahnya. Menjadi pemuda karang taruna adalah kesibuakannya dia dulu.

Buah dari kerja kerasnya akhirnya dibayar mahal awal bulan Desember  2009 Rahmad mengawali pekerjaannya dan mengapdi di kampus II UAD “yang penting nyaman soal gaji itu belakangan” ujarnya sambil sedikitik tertawa kecil. Dalam bekerja Rahmad mengutamakan kenyamanan, seperti yang sudah-sudah dalam bekerja Rahmad selalu tidak betah dan akhirnya keluar jika tidak nyaman dalam suatu pekerjaan “Alhamdulillah saya betah disini, harapannya saya juga akan diangkat menjadi satpam tetap disini” tegasnya.
Disinggung soal gaji Rahmad mengatakan “Cukup dan tidak cukup itu bagaimana kita menyikapi” upah yang dibawah UMR memang lagi-lagi membawa dapat perekonomian menengah kebawah menjadi musuh nyata. Namun itu disikapi oleh Rahmad dengan suka rela, dan kembali pada niat awal. Pemuda yang belum menikah ini mempunyai cita-cita yang sangat luhur yakni ingin mengabdi untuk Muhamadiyah. Hal itu terlihat jelas dari mulai kecil Rahmad begitu panggilannya sudah kental dengan organisasi Muhamadiyah.
Harapan besar untuk meraih kesejahteraan hidup Rahmad muncul ketika berita yang diterima oleh Rahmad bahwa dia akan diangkat menjadi satpam tetap di UAD. Berita gembira ini semakin memotifasinya untuk semakin semangat dalam pekerjaannya mengamankan kampus UAD dan menertibkan orang-orang yang tak patuh terhadap peraturan.

“Rezeki patih, dan jodoh ditentukan Allah” ujarnya. Dalam menyikapi gaji yang pas-pasan bahkan kurang dari cukup untuk kebutuhan dizaman sekarang, mau tak mau Rahmad harus mengaturnya, apalagi orang tuanya sudah menuntut Rahmad untuk segera menikah. Pastinya butuh biaya besar untuk hal sepertu itu. “Umur saya sudah cukup untuk menikah, namun segalanya perlu saya persiapkan benar” ujarnya.
Pria yang mempunyai pedoman agama kuat ini mengaku bahwa dirinya masih punya cita-cita yang lebih dari sekedar satpam, namun pekerjaan yang sudah digelutinya sekarang sangat disyukuri benar-benar olehnya. “Manusia tidak akan merasa puas dengan apa yang didapat, setalah dapat yang satu mungkin akan menginginkan yang lain, begitu seterusnya” tegasnya. Banyak hal yang didapatkan oleh Rahmad selama bertugas di UAD, suka dan duka dialami olehnya, mulai dari orang-orang yang melanggar peraturan, dan terkadang dapat celaan dari orang yang ditegurnya.
Tak jarang juga Rahmad menemui orang yang melanggar peraturan namun malah membantah jika ditegur, “saya pernah menemui orang jelas-jelas dia melanggar peraturan merokok diarea kampus namun tidak mematikan rokoknya justru malah membantah” ujarnya. Berbagai karakter telah ditemukan oleh Rahmad dalam menjalankan tugasnya, suka duka dalam menjalankan tugas dinikmati dan sebagai pengalaman hidup mengenal jenis-jenis pribadi masing. Bahkan Pernah suatu ketika Rahmad menghentikan sepeda motor yang melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi diarea kampus, sontak saja rahmad langung menegur dan menghintikan sepeda motor tersebut “ Bisa pelan ndak Mas” ujar Rahmad, namun anehnya tak merasa bersalah atau minta maaf orang tersebut justru menbantah dengan mengatakan “Tidak bisa”. Setelah ditelusuri orang yang ditegur tersebut adalah salah satu dosen di UAD. Peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh Rahmad dan menjadi bumbu penyedap dalam tugas menjalankan peraturan atau menegakkan peraturan yang ada.

Dalam menegakkan peraturan, Rahmad sering menemukan mahasiswa yang tidak mematuhi peraturan kampus, banyak sekali mahasiswa yang melanggar peraturan pakaian, bahkan Rahmad harus menegur secara langsung kepada mahasiswa yang memakai celada pendek. Hal ini dilakukan oleh Rahmad karena memang sudah menjadi kewajibannya menertibkan mahasiswa yang bandel.
Peraturan yang dibuat oleh kampus ada kalanya susah untuk diwujudkan oleh para mahasiswa, salah satu peraturan itu yakni kampus bebas dari asab rokok,  “kampus bebas area merokok
                                                                                                                  
Bekerja di perguruan tinggi sangat dirasakan berbeda betul dengan pekerjaan yang lain, hal ini dirasakan oleh Rahmad selama bekerja di UAD. “setiap hari besar Islam atau tanggal merah saya libur, dan ini berbeda dengan apa yang kurasakan ketika bekerja di instansi-instansi diluar UAD” ujarnya. Menjadi sangat indah jika dalam bekerja ada sitem libur yang layak, karena dalam bekerja siapaun orangnya pasti ada titik jenuh yang ada pada dirinya.
Rahmad yang gemar memelihara burung merpati ini mengatakan “saya ada dilingkungan akademik, omongan saya jadi iku akademik, itu saja terdengar, dan itu sedikit ilmu yang bermanfaat untukku” tak heran jika Rahmad merasa betah bekerja di UAD walaupun hanya sebagai satpam. Mungkin dalam benak diri Rahmad menyimpan keinginannya untuk bias melanjutkan studinya, namun Rahmad munkin meyadari kemampuannya hanya sebatas satpam, realita yang sungguh berbanding terbalik dengan orang-orang yang serba tercukupi. (NH)

Feature Traveling

Wisata tampa tiket di JL. Malioboro Yogyakarta

Obyek wisata satu ini ternyata masih menjadi primadona yang cukup menarik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, terbukti krumunan orang berjubel dan berdesak-desakan setiap harinya untuk sekedar melihat atau berbelanja barang-barang kerajinan tangan, batik, baju, makanan (oleh-oleh khas Jogja), dan lain sebagainya, yang semuanya itu dijajakan disepanjang jalan Malioboro Yogyakarta.
Tak kalah dengan jalannya yang terkenal, dijalan Malioboro juga banyak dijumpai pedagang makanan khas Yogyakarta, apalagi kalo bukan gudeg bagi pecinta kuliner disinilah tempatnya memanjakan lidah, untuk membeli seporsi gudeg pembeli cukup merogo kocek Rp: 2,5000,- dan pembeli bisa merasakan kelezatan serta keaslian makanan khas kota Yogyakarta itu.
Dengan mengedepankan kebudayaan tak salah memang kota Yogya menjadi salah satu obyek wisata yang mempunyai magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar Yogya maupun dari luar negeri untuk mengunjungi tempat yang tak pernah sepi tersebut.


Akses trasnportasi yang gampang memudakan pengunjung untuk mencapai jalan Malioboro di kota Yogyakarta ini. Pengunjung akan dengan mudah menemukan keberadaan jalan Malioboro karena posisinya yang berada dijantung kota Yogyakarta.
Banyak sekali akses yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk menjangkau wisata dijalan Malioboro ini, salah satunya dengan mode transport “trans Jogja” (jalur 3 atau 4) yang menghubungan sudut-sudut kota Jogja dengan jalan Malioboro, Tiket yang digunakan untuk sekali tujuan penumpang hanya dipungut biaya Rp:3,000,- namun mode transport yang lain yang bisa menghubungkan ke jalan Malioboro adalah bus umum atau kopaja, wisatawan dapat memilih mode transport ini jika sulit menjangkau halte bus trans Jogja.


Wisatawan yang mengunakan kendaraan sepeda motor juga disediakan tempat parkir yang aman yang bertempat disekitar jalan Malioboro. Untuk biaya parker sendiri pengguna parker dikenai biaya Rp:2000,- sedangkan mobil Rp: 5000,-. Bagi rombongan yang menggunakan Bus wisata terdapat parkir luar disebelah selatar jalan Malioboro, tarif yang dikenakan untuk Bus yakni Rp:15000,-.
Disekitar jalan Malioboro banyak penginapan yang dapat dipilih wisatawan untuk menginap, dari yang mulai tarif ekonomi atau tarif eksekutif, ini menjadikan kawasan Malioboro mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap dalam menunjang sebuah tempat wisata yang pantas untuk dikunjungi.



Tak jauh dari kawasan Malioboro juga dapat dijumpai tempat-tempat wisata lainnya, seperti benteng Vredeburg, monumen serangan Oemoen 1 Maret,  kesemuanya berada di sekitar jalan Malioboro.
Menjadi pusat keramaian, itulah jalan Malioboro yang selalu sibuk dengan lalu lalang para wisatawan, pedagang kakilima  pun semakin banyak setiap tahunnya. Ini menjadikan kawasan Malioboro menjadi pusat perekonomian yang sangat tinggi di kota Yogyakarta.
Unik dan khas, lain dari pada yang lain itulah wisatawa Maloboro. Tanpa tiket wisatawan atu pengunjung dapat  menikmati beragam isi yang berada disekitar jalan Maliboro, tersaji beragam macam bentuk, budaya, makanan dan lain sebagainya, disepanjang Malioboro akan diujumpai andong-andong beroda empat yang siap mengantarkan wisatawan mengelilingi area jalan Malioboro, biaya yang dikenakan untuk penumpang cukup murah yakni berkisar anatara Rp:5,000,- sampai Rp:10,000,-.

Pengunjung juga dapat menikmati hiburan music angklung yang dapat ditemui di sepanang jalan Malioboro., saat malam hari jalan Maliboro semakin menarik dan lebih ramai oleh wisatawan, pedagang pedagang lesehan khas Malioboro siap memanjakan lidah pengunjung, cukup lengkap menu yang ditawarkan di lesehan jalan  ini, dengan harga yang cuup fariatif dimulai dari harga Rp:35,000,- sampai Rp:85,000,-



Mall-mall yang ikut berderet disepanjang jalan Malioboro  menambah keramaian jalan dan kelengkapan wisata belanja di kawasan Malioboro ini, tersedia Mesin ATM dari berbagai operator bank yang berada disebelah utara Mall Matahari, pengunjung dapat nyaman berbenlanja dan menikmati beragam apa yang disuguhkan di Jalan Malioboro.


FOTO: Diambil Langsung oleh Nor Hidayat tanggal 7 Desember 2011.





Feature Biografi

Indasah sang pedagang minuman tradisional yang bercita-cita tinggi

Perempuan berusia 45 tahun ini adalah sosok seorang ibu yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik kedua anaknya. Kehidupan yang serba apa adanya atau bisa dibilang cukup, tak membuat perempuan yang berprofesi sebagai pedagang minuman “Es dawet” ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan. Indasah begitu panggilan akrabnya walau hanya tamat SD tak menutupi pikirannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan yang tinggi.

Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut, dengan dibantu oleh sang suami Indasah setiap pagi menjajakan dagangannya “Es dawet” di pasar kota Jepara.

Sedikit demi sedikit uang yang didapatnya dari seharian bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah Indasah dapat menyekolahkan kedua anaknya samapai ke perguruan tinggi, anak pertama bernama Rosidah lulus deprogram studi Pendidikan agama islam di STAIN Kudus, anak kedua bernama Nor Hidayat tercatat sebagai mahasiswa deprogram studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, semester V di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Indasah banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun indasah perempuan yang lahir di Jepara itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Indasah untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendiidkan yang tinggi.
Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Indasah sesekali hutang ke sebuah Bank di kantor cabang kecamatan untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang berhasil lulus pada tahun 2006, harapan dan juga cita-cita tinggi oleh Indasah masih menyisakan satu perjuangan besar yakni membiayai perkuliahan anaknya yang terakhir Nor Hidayat yang masih di semester V Universitas Ahmad Dahlan.
Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Es Dawet” mampu mewujudkan cita-cita seorang Ibu, sekaligus pedagang asongan untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya. (NH)


Kamis, 20 Oktober 2011

20 Oktober

20 OKTOBER 2011




TAK ADA KATA YANG TERLEMPAR HARI INI 




DAN ESOK HARI






HANYA DO'A YANG KU PANJATKAN PADA-MU




TUHAN




SEMOGA ESOK SEGALANYA LEBIH BAIK




SELAMAT ULANG TAHUN ENHA *NOR 


HIDAYAT*




"NDEREK MANGAYUBAGYA"

Rabu, 27 Juli 2011

Analisis Puisi dengan Intertekstual



MAKALAH
MEMAHAMI  MAKNA PUISI “INGAT KAMU NUN”
DALAM ANTOLOGI PUISI “YANG”  KARYA ABDUL  WACHID B.S
MENGGUNAKAN METODE INTERTEKSTUAL






Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mid Semester
Mata Kuliah Puisi II
Oleh:
NOR HIDAYAT
09003195

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………1
A.    PENDAHULUAN …………………………………………2
1.      Latar  Belakang ………………………………...2
2.      Rumusan Masalah……………………………… 3
3.      Tujuan ………..……………………………….. 3
B.     LANDASAN TEORI………………….………………….. 4
1.      Teori Hermeneutika…………………...……….. 4
2.      Langkah pemahaman terhadap teks…………….. 5
C.     PEMBAHASAN……………………….…………………. 7
1.      Analisis puisi………………...…………………. 7
2.      Interpretasi dengan konteks………..…………..  9
3.      Pandangan filosofis…………………………...  12
D.    KESIMPULAN…………………………..……………… 15
DAFTAR PUSTAKA…...……………………………….. 16 


A.      PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG

          Berbicara tentang puisi tidak lepas dari makna atau pesan yang ingin di sampaikan oleh sang penulis, baik puisi itu bersifat sederhana maupun puisi yang berhubungan dengan keagamaan, Karya sastra merupakan hasil imaji dari proses kreatif, diantara hasil karya sastra itu adalah puisi, cukup menarik untuk dipelajari sebuah sajak puisi dengan mengetahui makna di dalam makna sebuah sajak puisi. Untuk itu perlu dikupas makna yang terkandung didalamnya, berangkat dari mencari makna dalam sajak maka akan dianalisi sebuah sajak yang berjudul “Ingat kamu, nun” dari kumpulan puisi “Yang” karya Abdul Wachid B.S. Satu sajak yang cukup menarik untuk dikupas makna atau pesan yang ingin disampaikan lewat sajak, Sajak ini dipandang cukup menarik untuk dibongkar makna atau simbol-simbol yang ada didalamnya maka dari itu dalam proses pembongkaran sajak “Ingat kamu, nun” perlu digunakan metode intertekstual untuk mengetahui makna yang terkandung didalamnya.

          Prinsip intertekstual juga digunakan untuk mengetahui hubungan dan pertentangan dengan karya sastra lain, atau yang menjadi konteks dari sebuah karya sastra puisi, maka akan dianalisis puisi “Ingat kamu,nun” dalam kumpulan puisi berjudul “ Yang” karya Abdul Wachid B.S. Dalam memahami sajak “Ingat kamu, nun” digunakan teori hermeneutika Paul Ricoeur, yakni teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks (Recoeur, 1981: 43). Kemudian, untuk menjelaskan kedudukan sebuah frasa ataupun kalimat, apakah sebagai lanskap biasa ataukah citra-simbolik, maka harus diketahui makna frasa ataupun kalimat itu. Karenanya, diperlukan pembacaan hermeneutik, yakni dengan menyebut makna yang terkandung di dalam teks, yang hal itu sangat ditentukan oleh kompetensi linguistik (Riffaterre, 1978:4-6).





2.      RUMUSAN MASALAH

          Dalam memaknai simbol-simbol yang terdapat pada sajak “Ingat kamu, nun” karya Abdul Wachid B.S maka perlu membongkar struktur kepuitisan, bagaimana pemaknaan puisi dengan pembacaan puisi dalam kumpulan sajak “Yang” untuk mengambil kata kunci didalamnya atau sebagai keterwakilan dari sajak-sajaknya yang lain, pada puisi karya Abdul Wachid B.S yang berjudul “Ingat kamu, nun” memang untuk mencari maksud dari tujuan penulis sendiri adalah sebuah pemahaman yang menuntut pembaca untuk bisa mencari maksud sajak yang ditulis pengarang itu sendiri, maka akan dicari juga hubungan antara teks dengan kontek atau dengan Al-Qur’an. Dalam puisi-puisi karya Abdul Wachid B.S, terdapat muatan lokal yang kuat yang sering diadukan dengan nilai-nilai religi dalam pengertian luas. Muatan lokal yang sering dimaksudkan ialah nilai-nilai kehidupan manusia, salah satu puisi yang mengandung nilai-nilai tersebut adalah puisi yang berjudul “Ingat kamu, nun”.

3.      TUJUAN
Penjelasan yang lebih detail akan menjadikan pembaca lebih mudah memahami karya sastra puisi yang ditulis oleh Abdul Wachid B.S dalam puisinya yang berjudul “Ingat kamu,nun”. Tujuan dalam analisis ini adalah untuk mengetahui makna secara lebih luas. Pemaknaan puisi dengan intertekstual pada puisi, Penentuan makna keseluruahan, Penentuan konteks sajak yang lain. Hal ini dilakukan untuk menarik dan memberi pengetahuan apa maksud yang ingin disampaikan oleh sang penulis tentang puisinya tersebut. Disamping itu untuk memahami keterbatasan pembaca dalam memahami puisi-puisi dalam sajak “Ingat kamu, nun” maka akan dianalisi sajak ini dengan menggunakan metode  intertekstual.



B.      LANDASAN TEORI
      Konsep Hermeneutika
Dalam menemukan makna didalam sajak sebuah puisi maka perlu mengetahui interpretasi untuk menafsirkan sebuah tanda lambang atau simbol, kata “Hermeneutika berasal dari bahsa Yunani yang artinya “Menafsirkan” dan kata bendaya hermeneia yang berarti “Penafsiran” atau “Interpretasi”. (Sumaryono, 1999:23-24) konsep dasar dalam Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks (Ricoeur, 1981: 43) dan Palmer (2003: 8) menjelaskan bahwa dua fokus dalam kajian hermeneutika mencakup:
1.      Peristiwa pemahaman terhadap teks
2.      Persoalan yang lebih mengarahmengenai pemahaman dan interpretasi
Hal tersebut memperlihatkan bahwa gagasan utama dalam hermeneutika adalah “pemahaman (understanding) terhadap teks.
Ricoeur (1981:146) menjelaskan bahwa teks adalah sebuah wacana yang dibakukan lewat bahasa. Apa yang deibakukan oleh tulisan adalah wacana yang dapat diucapkan, tetapi wacana ditulis karena tidak ucapkan . Di sini, terlihat bahwa teks merupakan wacana yang disampaikan dengan tulisan. Jadi teks sebagai wacana, yang di tuliskan dalam hermeneutika Paul Ricoeur, berdiri secara otonom, bukan merupakan turunan dari bahasa lisan, seperti yang dipahami oleh setrukturalisme.
Menurut Poul Recoeur, interpretasi dilakukan dengan cara “perjuangan melawan distrasi kultural”, yaitu penafsiran harus menggambil jarak agar ia dapat melakukan interpretasi dengan baik.namun, yang dimaksud Poul Recoeur dengan “distansi kultural” itu tidaklah steril dari “anggapan-anggapan”. Disamping itu yang dimaksud dengan “mengabil jarak terhadap peristiwa sejarah dan budaya” tidak berarti orang bekerja dengan “tangan kosong” (oleh Sumaryono,1999:106) walaupun begitu menurut Poul Recouer “sebuah terks harus kita tafsirkan dalam bahasa yang tidak pernah tanpa pengandaian,dan diwarnai dengan situasi kita sendiri dalamkerangka waktu yang khusus” (oleh Sumaryono,1999:180)

“Dalam interpretasi terhadap teks,kita tidak perlu bersitegang dan bersikap seakan-akan menghadapi teks yang beku, tetapi kita harus dapat ’membaca kedalam’ teks itu. Kita harus juga mempunyai konsep-konsep yang kita ambildari pengalaman-pengalaman kita sendiri yang tidak mengkin kita hindarkan keterlibtannya sebab kosep-konsep ini dapat kita ubah atau disesuaikan tergantung pada kebutuhan teks. Namun, disini juga kita msih berkisar pada teks sekalipun dalam interpretasi kita juga membawa segala kekhususan ruang dan waktu kita” ( Ricoeur oleh Sumaryono,1999:109-110).

Langkah-langkah pemahaman terhadap teks menurut perspektif Poul Ricoeur dalam bukunya The Interpretation Theory: Discourse and the surplus of meaning, langkah pemahaman itu ada tiga, yang berlangsung mulai dari “penghayatan terhadap simbol-simbol”, sampai ke tingkat gagasan tentang “berpikir dari smmbol-simbol”, selengkapnya berikut ini:
1.      Langkah simbolik atau pemahaman dari simbol-simbol;
2.      Pemberian makna oleh sembol serta “pengalianyang cermat atas makna;
3.      Langkah filosofis, yaitui berfikir dengan menggunakan symbol sebagai titik-tolaknya (Poul Recoeur, Terj. Hery, CetII,2003: 162-164; Sumaryono,1999:111; Faiz, Cet.III 2003:36).      
Dalam upaya interpretasi teks diperlukan proses hermeneutic yang berbeda, menurut Poul Ricoeur, prosedur hermeneutiknya secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:
Pertama, teks harus dibaca dengan kesungguhan,menggunakan symphatic imagination (imajinasi yang penuh rasa simpati).
Kedua, penta’wil mesti terlibar dalam analisis structural mengenai maksud penyajian teks, menentukan tanda-tanda yang terdapat didalamnya sebelum dapat menyingkap makna dalam terdalamdan sebelummenentukan rujukan serta konteks dari tanda0tanda signifikan dalamteks. Barulah kemudian penta’wil memberikan beberapa pengandaian atau hipotesis.
Ketiga, penta’wil melihat bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan makna dan gagasan dalam teks itumerupakanpengalamantentangkenyataan non bahasa (via Hadi W.M., 2004:90-92).
Interpretasi selalu bersifat open-ended sebab jika memperoleh titik akhir dari suatu interpretasi, hal iniberarti “pemerkosaan” terhadap interpretasi”.


C.    PEMBAHASAN

1.      Analisis dan hasil pembahasan
Dalam memahami makna yang terdapat pada sajak Abdul Wachid B.S yang berjudul “Ingat kamu, nun” penulis Abdul Wachid B.S ingin memberikan sebuah kolaborasi antara puisi-puisi modern dengan puisi sufistik yang bersangkutan dengan relegiusitas makna mendalam, dan membuka segi simbol yang tak jelas, pembaca dituntut untuk  memahami dan mencari pengertian dan hakekat nun sebenarnya, berikut teks sajak yang dianalisi “Ingat kamu, nun”.
              Ingat kamu, nun
Ingat kamu, nun
Jauh jarak tak jua tertempuh
Seperti dari bumi ke langit tujuh
Wajah langit cerah bagai baju birumu
Menjadikan aku selalu diharu biru

Ingat kamu, nun
Jauh dari alam mimpi dibangun dini hari
Lalu kubuka jendela, ku buka pintu
Ku basuhkan air sumber dengan kasih sayang
Seperti mengingat wajahmu
Pada jam-jam tahajut itu
Air suci membawa kesembuhan hati

Ingat kamu, nun
Jauh sekaligus dekat
Diluar ruang-waktu sekaligus
Selalu di dalam taman yang bernama hati
Kamu menggedor-gedor kesadaranku
Kamu mengikut kabut disubuh putih
Kemudian kamu menjelma matahari pagi
Menerobos cela-cela jendela
Kamarku, menjadikan dunia aku
Selalu diharu-biru

Ingat kamu, nun
Dari awal hingga ke ujung jalan waktu
Kamu menguntit langkah kakiku
Kadang menarik-narik bajuku dari belakang
Kadang menghalang-halangi pandanganku ke depan
Bahkan kamu menjegalku
Sekedar agar akau terjatuh
Lau bersimpuh didepan
Mu

Ingat kamu,nun
Jarak tempuh mana lagi akan
Kucari-cari: kamu menghilang
Kamu hanya meninggalkan jejak-jejak keindahan

: kupu-kupu putih yang
Kemudian lenyap dibalik
Perumpung bunga
-Yogyakarta, Januari 2009-

Dalam memahami puisi “Ingat jamu, nun” di atas,sesungguhnya banyak sekali makana yang yang menarik untuk dipecahkan, pengaran dalam sajaknya berperan sebagai hamba yang mencari ke agungan Tuhan-nya. Pencarian itu dimulai dari diksi yang menyimpan rahasia besar dibalik simbol, atau makna nun sendiri, sebagaimana telah di tulis di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Qolam, berangkat dari huruf tersebut penulis Abdul Wachid B.S mengambil satu huruf yang cukup menarik dan mempunyai rahasia besar akan kebesaran Allah. Dalam puisinya yang lain dalam satu antologi puisi berjudul “Yang” terdapat satu sajak yang membicara tentang huruf nun yang berjudul “Di ujung nun”.
Di ujung nun
Jalan bercabang dua
Di ujung nun
Jalan  mengapa menjelma dua?
Di atasnya ada satu titik takdir
-Yogyakarta, Januari 2009-

Rahasia dalam huruf nun di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Qolam membawa pengarang dalam sebuah pemikiran hakikat logika yang dicapai seoarang hamba kepada Tuhannya untuk mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah; (ن = Nuun) kemudian dilanjutkan dengan ayat kedua (وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ = Demi qolam dan apa yang mereka tulis).

Ada sekelompok aliran dalam Islam yang menafsirkan bahwa nun hanya Allah yang tahu, dan nun adalah singgasana Tuhan yang terdapat jauh di atas sana. Kalau penafsiran ini benar tentu saja tempat dan kedudukan bagi Tuhan itu  menduduki dan  haruslah memiliki pennafsiran yang paling tinggi.
Kita sudah pasti tidak akan dapat menjelaskan huruf nun tersebut mempunyai makna apa Wallahu a’lam karena nun adalah esensi yang sangat rahasia dari rahasia Allah dan keagungan Allah, dan bahkan keagungan seluruh makhluk-Nya. seluruh keagungan Tuhan yang digambarkan dengan nun atau dalam arti harfiah kamus bahasa Indonesia berarti yang paling. Dalam penafsiran adalah kemahaberkuasaan (Kamiliyah) dan kebesaran (Jalaliah). Oleh sebab itu sifat-sifat ini kerahasiaan ini menunjukkan betapa agung kedudukan-Nya.
Secara` konteks interen puisi “Ingat kamu, nun” berhubungan dengan sajak “di ujung nun” yang masih dalam satu antologi puisinya Abdul Wackid B.S

Di ujung nun
Jalan bercabang dua
Bila yang satu naik, bila yang satu turun
Lalu langkah kaki bertemu dimana?

Jalan mengapa menjelma dua?
Di atasnya ada satu titik takdir
Matahari: di mana cinta tak harus berakhir
Yogyakarta, Januari 2009

Tingkat penggambaran antara dua cabang yang menuju jalan dimana pengarang menggunakan kalimat “Bila yang satu naik, bila yang satu turun” ketetapan apa yang dilakukan oleh manusia dimuka bumi akan menghantarkan perbuatannya atau tingkatan keimanan dan ibadah yang menentukan kelak dialam baqo’ akan diketahui dia berada di atas atau dibawah, esensi ini sama dengan penegasan Allah, segala amal akan diperhitungkan, yang digambarkan melalui diksi naik dan turun hal ini sama dengan surga dan neraka, dan satu titik tersebut akan menentukan apakah seorang akan ada di bawah atau di atas, dan dibalik itu pengarang mencoba memperjelas dimana jalan yang akan dipilih oleh seoarang hamba yang akan menuntunnya ke dalam sebuah titik dimana Allah ada di sana. Dalam puisi Abdul Wachid B.S yang berjudul “Ingat kamu, nun” juga ditemukan  sajak yang lain atau dengan kata lain sajak “Ingat kamu, nun” berkontektual dengan sajak “Nun” karya  Fakhrunnas M.A Jabbar dalam antologi puisinya yang berjudul “Airmata Barzanji” secara tidak langsung.


Nun
Inilah kait nun dari julang langit yang jauh
Nun dari bukit mana dari julang langit yang jauh
Nun dari kata apa dari ujung langit yang jauh
Nun dari ayat mana dari julang langit yang jauh

Inilah lingkaran nun yang tak pernah bersentuh ujungnya
Nun dari ayat dan kitab suci
Dari Zabur
Dari Taurat
               Dari Injil
   Dari Al-Qur’an

   Nun disana dari air lembah eufrat
   Nun disana dari Makkah dan madinah mandi cahaya.
   Pekanbaru, 1981
   Fakhrunnas M.A Jabbar

Dari pandangan perspektif tersebut, maka pemaknaan sebuah sajak “Ingat kamu, nun” karya Abdul Wachid B.S harus didasarkan dengan pemaknaan-pemaknaan secara menyeluruh, sebelum mencari pandangan filosofis dalam pandangan pengarang. Pengambilan simbol nun dalam sajak tersebut merupakan hal yang pertama yang harus diketahui baik arti atau makna, didalam kamus bahasa Indonesia sendiri diksi “Nun” berarti: sana, di sana, atau nama huruf ke-25 dalam abjad Arab. Sebuah gambaran pencarian yang harus di jalani oleh seorang hamba untuk mencapai maqon kedekatan dengan Tuhannya seperti di tulis dalam sajaknya pada bait pertama baris tiga “Seperti dari bumi ke langit tujuh”. Sedangkan untuk mencari kedekatan tersebut penggarang menggambarkan cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yakni dengan cara bangun ditengah malam untuk sholat tahajud dimana disana seorang hamba mempunyai kedekatan dengan Tuhannya sehingga hati seorang hamba bisa mencapai tingkatam maqom yang dekat atau benar-benar mendialogkan pikirannya dengan Tuhan.

Kedekatan hamba dengan Tuhan inilah yang coba digambarkan oleh Abdul Wachid B.S lewat sajaknya pada bait kedua baris ke empat “Selalu didalam taman yang bernama hati” bahwa konsep kedekatan Tuhan di ukur dimana segala tingkah laku perbuatan adalah dari kedekatan hati (ma’rifat) dan dimana Tuhan berada dihati seoarang hamba , dalam hadis kudsi dijelaskan juga seoarang hamba jika berniat mendekatkan diri kepada Tuhannya maka Tuhan akan dekat dengan hamba tersebut, dan juga sebaliknya jika seoarang hamba jauh dari Tuhan jauh pula Tuhan dengan hamba tersebut, sebuah keyakinan kedudukan dimana seorang ang mencoba mendekatkan diri melalui ibadahnya, seoarang hamba akan benar-benar merasakan kesejukan dalam hatinya dengan keyakinannya Allah selalu menjadi kekasih dan tempat dimana meminta segala pertolongan.
  
Dengan membongkar dan mencari makna dalam puisi “Ingat kamu, nun” diatas maka akan ditemukan sebuah perpaduan kenyataan seoarang hamba yang megalami perjalanan kehidupan yang semula tidak ada kemudian di ciptakan oleh Allah dimuka bumi dan juga akan dimatikan lagi oleh Allah. Semua perjalanan kehidupan itu di ditulis dalam sajak “Iangat kamu nun” yang ditulis “Dari awal hingga ke ujung jalanan waktu” dan didalam perjalanan hidup manusia adalah hakekatnya untuk beribadah kepada Allah, disinilah tingkat ketakwaan seorang hamba diuji oleh Allah melalui cobaan jegalan, tarikan, halangan dan berbagai tantangan kehidupan didunia lainnya yang kesemuanya itu tak lain untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesabaran dan ketakwaannya seoarang hamba. Hal itu ditulis disajak “Ingat kamu, nun” di bait empat baris ke enam “Bahkan kamu menjegalku sekedar aku terjatuh lalu bersimpuh dihadapan MU”

Setelah seorang hamba melewati ujian dari Allah  maka disinalah sang penulis puisi Abdul Wachid B.S melanjutkan dengan “Ingat kamu, nun jarak tempuh mana lagi akan kucari cari” di mana seorang hamba yang mencari kedekatan dan mencari maqom mairifatullah melalui segala kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan maha kasihsayang-Nya, segala keindahan tersebut diciptakan-Nya dimuka bumi ini supaya manusia menegetahui kekuasaan-Nya.


D.    KESIMPULAN

Dalam kajian hermeneutika yang membongkar sajak puisi Abdul wachid B.S dapat digambarkan dengan seorang hamba yang mencari maqom ma’rifat atau usaha seorang hamba untuk mencoba mendekatkan diri kepada Tuhannya melalui berbagai upaya yang dapat dilakukan, diantaranya memelalui tawakal, sabar, dan puncaknya yakni takwa. Hal tersebut ditulis di dalam sajak Abdul Wachid B.S yang berjudul “Ingat kamu, nun” ditulis pada bait ke empat baris ke empat “Kadang menarik-narik bajuku dari belakang/ kadang menghalang-halangi pandanganku kedepan/ nahkan kamu menjegalku/ sekedar agar akau terjatuh/ lalu bersimpuh dihadapan Mu”. Namun dalam proses menuju tawakal, sabar, dan takwa tersebut tidaklah mudah, seorang hamba digambarkan harus susah payah untuk memperolehnya, karena dalam persepektif ini cobaan akan diberikan oleh Tuhan untuk menguji kesabaran dan ketakwaan seorang hamba dengan berbagai macam cobaan dan ketika seorang hamba lalai dalam melaksanakan kewajibannya maka Allah mengingatkan hambanya tersebut dengan cara-Nya sendiri.

 Secara pandangan persepektif Islam sajak “Ingat kamu, nun” karya Abdul Wachid B.S mengadung berbagai banyak pemaknaan, berangkat dari Al-Qur’an surat Al-Qolam disana sudah ditulis bawah “nun” adalah sebuah kerahasiaan Allah, tidak banyak juga di jelaskan esensi nun itu sendiri didalam Al-Qur’an, baik segi arti maupun makna. Dari pandangan orang-orang sufi menganggap bahwa di sana merupakan sebuah kerahasiaan besar yang dimiliki Allah, kebesaran akan kekuasaan Allah, dan Maha Indah Allah dengan segala kerahasiaannya yang telah diciptakan, Wallahu a’lam.

Berangakat dari kerasiaan “nun” di dalam Al-Qur’an penulis Abdul Wachid B.S mencoba menerapkan konsep spiritual “manunggaling kaula gusti” yang seolah seoarang hamba yang mencari Tuhannya dengan susah payah dan meski melewati jarak yang cukup jauh dan juga melelahkan untuk bisa menemukan “nun”, “Kebesaran Tuhannya”. Dan diteruskan dibait ketiga baris ke empat Abdul wachid B.S menggambarkan tempat yang dicari oleh seorang hamba tersebut sebetulnya berada didalam hatinya sendiri “Jauh sekaligus dekat/ di luar ruang sekaligus/ selalu didalam taman yang bernama hati”.


DAFTAR PUSTAKA

Jabbar, Fakhrunnas M.A. 2005. Airmata  Barzanji Antologi Puisi. Yogyakarta:
     Adicita Karya Nusa.
Wachid B.S, Abdul. 2010. Yang. Yogyakarta: Cinta Buku.
Bisri, A. Mustofa. 2008. Gandrung Cinta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawan, Heru. 2009. Mistisisme Cahaya, Yogyakarta: Grafindo Litera Media.
1990. AL-Qur’an dan Terjemahannya Departemen Agama. Jakarta: Republik Indonesia.
2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.