ARTIKEL
Permasalahan dalam Pengajaran Bahasa Indonesia
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Semester
Mata Kuliah Ekspresi Tulis
Oleh:
NAMA : NOR HIDAYAT
Nim : 09003195
Kelas : I
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
Menulis belum menjadi budaya mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan kurang membiasakan budaya menulis, baik karya ilmiah maupun karya sastra, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indosesia. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab, pertama mahasiswa kurang tertarik dengan yang namanya menulis, kedua mahasiswa kurang membudayakan menulis dalam diri sendiri, ketiga mahasiswa kurang mengetahui manfaat menulis.
Sebenarnya banyak sekali mata kuliah yang dipelajari oleh mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berhubungan dengan teori menulis hanya saja wadah yang tersedia kurang membangkitkan minat mahasiswa untuk berkompetisi dalam proses menulis. Hasilnya mahasiswa minim karya baik itu karya sastra maupun karya ilmiah, jarang sekali mahasiswa yang dapat mengasilkan suatu karya sastra terlebih cerpen atau novel, karena dalam proses penulisan cerpen atau novel mahasiswa di tuntuk untuk berfikir secara kreatif, mampu menguasai kalimat atau menyusun kalimat dengan terstruktur rapi, mampu menggambarkan situasi cerita yang ingin digambarkan, dan mahasiswa dalam menulis dituntut mampu menyampaikan ide pikiran secara kreatif sehingga tulisannya dapat dipahami.
Universitas sebenarnya pun tak hanya tinggal diam, beberapa perlombaan penulisan karya tulis kerap kali diselenggarakan, baik karya tulis ilmiah maupun karya tulis sastra, tetapi tingkat partisipasi mahasiswa masih cukup rendah. Hal ini merupakan hambatan besar bagi mahasiswa untuk mewujudkan budaya menulis khususnya untuk Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebagian besar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tidak menyukai hal-hal yang memberatkan pemikirannya sehingga tidak melatih mahasiswa untuk lebih berfikir keras dalam mengolah kalimat atau menyusun kalimat dalam sebuah proses pengarangan karya sastra khusunya, mahasiswa hanya mentok dalam karya sastra puisi saja. Sebenarnya tolak ukur budaya menulis bukan dinilai dari seberapa banyak karya mahasiswa yang dapat dihasilkan tetapi bagaimana mahasiswa dapat melatih diri sendiri dalam membiasakan budaya menulis, baik itu karya sastra maupun karya ilmiah sehingga akan terbiasa menulis dan terbiasa menyusun kata demi kata, atau kaliamat demi kalimat dan sebagainya.
Sebagai calon guru bahasa Indoseia akan lebih merasa bangga jika memberikan contoh dan teladan yang baik kepada muridnya karena guru tidak hanya memberikan teori-teori saja melainkan teori tersebut diiringi dengan aplikasi contoh konkrit dari teori yang berupa karya yang telah dihasilkan oleh guru. Sudah selayaknya sebagai calon guru bahasa Indosesia mempunyai karya-karya tulis, baik puisi, cerpen, maupun novel atau juga karya ilmiah sebagai contoh kepada murid-muridnya kelak ketika mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dan diharapkan guru bahasa Indonesia mampu merangsang anak didiknya untuk mampu membuat tulisan atau karya tulis yang lebih baik dan lebih kreatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Ketua Mendiknas Propinsi Yogyakarta Drs. Edi Heri Swasana M.Pd, yang juga Dosen Universitas Ahmad Dalan menyatahkan bahwa budaya menulis masih kurang dilakukan oleh mahasiswa sekarang ini, dapat diketahuai bahwa masih banyak mahasiswa yang belum menghasilkan karya tulis, budaya menulis akan menghasilkan manfaat yang sangat banyak, menulis dilatih dari hal-hal yang kecil sehingga akan menghasilkan sesuatu yang besar. Hal ini harus dilakukan terus menurus sehingga akan melatih dan membiasakan diri untuk menyusun dan merangkai kata atau kalimat dengan efektif, ketrampilan menulis juga akan melatih ketrampilan berfikir. Kompetensi berbahasa dalam menulis tidak akan datang dengan sendirinya tetapi menuntut latihan demi latihan, dan kebiasaan yang teratur dalam proses pendidikan yang terprogram.
Dari budaya menulis inilah akan dihasilkan beberapa manfaat bagi mahasiswa itu sendiri, pertama mahasiswa akan terbiasa menulis, terbiasa mengolah kata demi kata, dan merangkai kalimat sehingga Mahasiswa terbiasa berfikir kreatif dalam menulis. Kedua Mahasiswa yang terbiasa menulis tidak akan merasa kesulitan saat menulis tugas akhir atau skripsi, berbeda dengan mahasiswa yang tidak membudayakan menulis dalam dirinya, dipastikan akan merasa kesulitan dan cenderung lebih lama dalam proses penulisan tugas akhir atau skripsi. Ketiga sebagai mahasiswa calon guru akan membutuhkan karya-karya tulis, baik karya tulis sastra maupun karya tulis ilmiah, sebagai syarat kenaikan tingkat golongan jika berada diinstansi Pegawai Negeri Sipil, dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari budaya menulis, yang kesemuanya menuntut mahasiswa sebagai calon guru bahasa Indosesia untuk semakin kreatif dan inovatif dalam berkarya sehingga akan menjadi panutan kelak oleh siswa didiknya.
Mengingat menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seorang calon guru utamanya calon guru bahasa Indonesia, maka kompetensi menulis tersebut harus dikuasai secara maksimal oleh mahasiswa, maka universitas semestinya turut bertanggungjawab mengembangkan kompetensi tersebut pada mahasiswanya. Untuk itu perlu dibahas upaya bagaimana membudayakan tradisi menulis di kalangan mahasiswa, sebab tanpa budaya menulis mahasiswa akan mengahadapi beberapa kesulitan terutama kelak ketika menulis tugas akhir atau skripsi.
Mahasiswa tidak dituntut untuk menulis layaknya seperti penulis yang sudah profesional, tetapi yang terpenting dalam proses budaya menulis ini mahasiswa mampu menguasai dan memahami cara menulis yang baik dan benar, mampu menerapkan teori atau metode-metode dalam proses ketrampilan menulis sehingga dari pengalaman tersebut bisa menghasilkan kompetensi menulis yang baik dan benar, yang selanjutnya kompetensi tersebut akan diajarkan kepada peserta didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar